Banyak orang
berbicara dan bertanya tentang Ecotourism, disebabkan karena banyak istilah
yang mengandung pengertian sama atau serupa dan sejiwa sehingga kurang
memberikan kejelasan tentang “Apa yang dimaksud dengan ECOTOURISM
(Pariwisata Eko)? Apakah Wisata Alam sudah dapat digolongkan ke dalam
pariwisata eko? Belum tentu, mengingat tujuannya belum tentu “memihak” kepada
kepentingan pelestarian lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial budaya.
Berdasarkan
Deklarasi Quebec tentang Ecotourism (Quebec Declaration on Ecotourism)
yang dimaksud dengan ecotourism adalah sebagai berikut: “Ecotourism
menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkesinambungan (sustainable tourism)
dan berikut adalah beberapa prinsip yang membedakannya dari konsep sustainable
tourism yang lebih luas”, yaitu:
- Berperan aktif untuk pelestarian (conservation) lingkungan, baik alam maupun peninggalan budaya;
- Melibatkan masyarakat lokal dan asli dalam kegiatan perencanaan, pengembangan dan operasionalnya serta bermanfaat meningkatkan kesejahteraan mereka.
- Menjelaskan tentang lingkungan alam dan peninggalan budaya kepada para pengunjung;
- Mengizinkan para wisatawan, baik yang bebas (independent travellers) maupun kelompok kecil wisatawan dalam tour yang diorganisir (organized tours) untuk menikmatinya dengan cara yang lebih baik.
Dalam bulan
Mei 2000, sebagai bagian dari acara tambahan pada Sidang ke-8 Komisi
Pembangunan Berkesinambungan PBB (United Nations Commission on Sustainable
Development, UN-CSD.8), sebuah kelompok dari Organisasi Penduduk Asli /
Pribumi (Indigenous Peoples Organizations), LSM – Lembaga Swadaya
Masyarakat, (NGO, Non-Government Organization) dan berbagai anggota
Masyarakat Sipil lainnya (Civil Society), mengajukan usulan tentang
Pedoman Pariwisata Eko (Guidelines for Ecotourism).
Ketika itu,
hasil akhirnya belum pasti dimasukkan dalam laporan resmi sidang, mengingat
berbagai pertimbangan prosedural, namun UNEP (United Nations Environment
Program) mengakui bahwa nilai usulan itu merupakan pernyataan “kepedulian asli”
(genuine concerns) yang berasal dari pihak pemangku kepentingan primer,
yang mengusulkan sbb: Ecotourism adalah sustainable tourism, yang
melaksanakan proses yang jelas dalam hal:
- Menjamin terlaksananya pemberitahuan sejak awal kepada para pemangku kepentingan tentang keterlibatan mereka;
- Menjamin keterlibatan seluruh pemangku kepentingan secara setara (equal), efektif dan aktif;
- Mengakui hak Masyarakat Pribumi untuk “menolak” pengembangan pariwisata – dan untuk sepenuhnya mengetahui keterlibatannya, secara efektif dan aktif dalam kegiatan pengembangan pariwisata, baik di lingkungan tempat tinggal mereka, tanah mereka, maupun wilayah mereka; … dan
- Mengembangkan proses bagi para penduduk asli dan masyarakat setempat untuk mengendalikan dan memelihara sumberdaya mereka. Lantas bagaimana tentang Pariwisata Berkesinambungan (Sustainable Tourism).
Kesinambungan,
untuk kepariwisataan maupun industri lainnya, memiliki tiga aspek yang saling
bertautan satu dengan lainnya, lingkungan alam, sosial-budaya dan ekonomi.
Kesinambungan
menyangkut kelestarian / kelanggengan (permanence), jadi pariwisata
berkesinambungan (sustainable tourism) meliputi :
- Penggunaan sumberdaya secara optimal, termasuk keragaman hayati (biological diversity);
- Minimalisasi dampak ekologik, kultural dan sosial; … dan
- Maximalisasi manfaat untuk pelestarian (conservation) dan ekonomi masyarakat setempat.
Dapat
dipastikan bahwa untuk itu dibutuhkan struktur pengelolaan yang tidak boleh
dilupakan.
Berbagai
lembaga lebih suka membahas hal ini sebagai “Pembangunan Pariwisata
Berkesinambungan” (Sustainable Development of Tourism), daripada
Pariwisata Berkesinambungan (sustainable tourism), dengan dua alasan:
- Agar pariwisata bisa berkesinambungan memerlukan keterpaduan dengan semua aspek pembangunan.
- Beberapa aspek pariwisata, seperti “Penerbangan Jarak Jauh (Long-haul Air Travel), sangat mungkin tidak berkesinambungan (sustainable) dengan teknologi dan tatalaksananya yang canggih dewasa ini.
Pertanyaan
berikutnya: Bagaimana dengan penerapan pembangunan berkesinambungan dalam
segala kegiatan kepariwisataan dalam prakteknya, mulai dari pariwisata massal (mass
tourism) sampai yang berbasis alam (nature-based) dan pariwisata
minat-khusus (specialist tourism)?
Dalam
hubungan ini, Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pariwisata Berkesinambungan (Principles
on the Implementation of Sustainable Tourism) diusulkan UNEP untuk tujuan :
- Membantu pemerintah dan antar pemerintah, sektor swasta dan organisasi lainnya menerapkan konsep umum pariwisata berkesinambungan (sustainable tourism) dalam praktek dan meminimalisasi dampak pariwisata pada lingkungan.
- Memfasilitasi pengembangan pedoman yang lebih spesifik di tingkat regional atau terkait masalah khusus seperti terumbu karang (coral reefs) dan keragaman hayati (biodiversity).
- Menyediakan kerangka program kerja bagi Konvensi Keragaman Hayati (Convention on Biological Diversity), Kerangka Konvensi Perubahan Iklim (Convention on Climate Change), Rencana Tindak Kelautan Regional (Regional Seas Action Plans), dan perjanjian internasional lainnya menyangkut isyu-isyu kepariwisataan.
Kesimpulannya,
sangat jelas bahwa Ecotourism bertujuan mencapai Sustainable Tourism, yang
dalam pelaksanaannya :
- Menggunakan pertimbangan dampak pada ecosystem, sosio-budaya dan ekonomi (Ecosystem, socio-cultural and Economic Consideration) –> “Ecotourism”;
- Menggunakan pendekatan ekologik, termasuk keragaman hayati – (Ecological and Bio-diversity Approach), – karena hal inilah acapkali disebut sebagai “Ecological Tourism” - ,
- Melibatkan tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan pariwisata, bukan hanya pihak pemerintah dan swasta penyedia jasa pariwisata semata, melainkan juga masyarakat setempat dan wisatawan, – atas alasan ini berbagai pihak menyebutnya sebagai “Responsible Tourism”;
- Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan alam dan sosial budaya, seperti konflik yang acapkali terjadi serta memaximalkan dampak positif bagi kelestarian lingkungan alam, sosio-budaya dan ekonomi, lokal, daerah dan nasional sehingga menciptakan kehidupan pariwisata yang dapat bertahan dengan langgeng, yaitu “Sustainable Tourism”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar